Kamis, 14 Mei 2009

Tugas Inovasi Pendidikan


FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PROGRAM INOVASI

A. Pendahuluan

Sistem pendidikan nasional yang telah dibangun selama ini, ternyata belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan nasiaonal dan tantangan dunia global saat ini. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang selama ini merupakan fokus pembinaan masih menjadi masalah paling menonjol dalam dunia pendidikan kita.

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini dalam keadaan yang memprihatinkan didasarkan atas beberapa hasil survey dan laporan pembangunan manusia (Human Development Report/HDR). Tahun 1990 peringkat 76 dari 130 negara, tahun 1991 peringkat 98 dari 160 negara, tahun 1992 peringkat 98 dari 160, tahun 1993 peringkat 108 dari 173 negara, tahun 1994 peringkat 105 dari 173 negara, 1995 peringkat 104 dari 174 negara dan tahun 2005 peringkat 110.

Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, setiap bangsa memerlukan inovasi yang cerdas dalam dunia pendidikan, sedangkan untuk menjadi bangsa yang berharkat mulia sebuah bangsa harus memerlukan keunggulan komparatif dan kompetitif. Jika bangsa Indonesia ingin menghasilkan berbagai keunggulan kompetitif dari outcome pendidikan, maka terobosan yang cerdas harus menjadi prioritas penting dalam pengembangan system pendidikan.

Tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan nasional hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak mandiri dan selalu tergantung pada pihak yang lain. Dalam perspektif global hasil pendidikan yang demikian justru akan menjadi beban bagi bangsa dan Negara, sekaligus bagi masyarakat.

Dengan melihat tantangan dan problematika pendidikan nasional yang begitu kompleks maka perlu dicari solusi praktis agar bangsa ini mampu menghadapi fenomena ini secara efektif adalah dengan mengubah paradigma yang selama ini kita gunakan terutama terkait dengan hakekat pendidikan.

Jika cara pandang pemerintah terhadap pendidikan tidak berubah, maka system dan praktis pendidikan tidak akan mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia , dan bahkan pendidikan tidak akan mampu memberdayakan masyarakat secara luas bersamaan dengan perubahan ilmu pengetaahuan dan teknologi.Satu hal lagi yang harus diingat, pendidikan di era global ini sangat penting perannya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Paradigma lama pendidikan yang telah dijadikan sebagai praksis proses pembelajaran di hamper semua jenjang pendidikan biasanya hanya memusatkan perhatiannya pada kemampuan otak kiri peserta didik. Sebaliknya kemampuan otak kanan peserta didik kurang ditumbuhkembangkan secara sistematis dan pedagogis. Kondisi ini semua menyebabkan pendidikan nasional hanya mampu menghasilkan orang-orang yang tidak mandiri, tidak kreatif, tidak memiliki self awarnes, tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan lingkungan fisik, sosial dan kultural dalam komunitas kehidupannya.

B. Definisi Inovasi

Rogers Miller, 1971 menyatakanbahwa”Innovation is an idea, practice, or object perceived as new by the relevan unti of adoption, whether it is an individual or an organization” Artinya inovasi adalah ide, kegiatan, atau objek yang diterima sebagai sesuatu yang baru sesuai dengan bagian yang diadopsi, baik oleh individu maupun kelompok.

Innovation is an effort to introduce a practice in order to bring about a social change. The practice need not be totally new : Its efficienly and potentiality in a new contecxt are the main criteria used in labeling is as innovatiaon. The emphasis is on change in terms providing a strategy to deal with specific local or national problem (Vanterpool, 1990). Kegiatan tidak harus semuanya baru, itulah inti sesuatu disebut inovasi, yang penting efisien dan potensial dan adanya perubahan.

Innovation is more than change, olthough all innovation involve change (White, 1987:211). Inovasi lebih dari sekedar perubahan meskipun inovasi mencakup perubahan. Dari pengertian inovasi tersebut bahwa tidak semua perubahan adalah inovasi tetapi inovasi mencakup perubahan.

Inovasi merupakan suatu usaha menemukan benda, ide, kejadian metode yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang (kelompok orang) dengan jalan melakuakan kegiatan invention dan discovery. (Ibrahim, 1989)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi ciri abad ke 21 memberikan pengaruh terhadap seluruh tanatanan kehidupan secara global. Memasuki abad ke 21 terjadi pergeseran paradigma atau cara berfikir dalam menghadapi berbagai fenomena termasuk pola pikir yang berkenaan dengan pendidikan.

Pergeseran paradigma atau cara berfikir dalam menghadapi fenomena kehidupan ini dilakukan untuk tujuan memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau kelompok orang dan ini merupakan bentuk inovasi. Sebagaiamana yang dinyatakan oleh Subandiyah(1992:80), inovasi dilakukan untuk tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau kelompok orang.

Townsend , dkk (1999) merangkumkan pergeseran pola pikir yang berkenaan dengan pendidikan dari masa lalu ke masa kini sebagai berikut:

Pola Berfikir Masa Lalu

1. Pembelajaran penting hanya dapat dilakukan melalui fasilitas pembelajaran formal

2. Proses pembelajaran dikendalikan oleh guru. Apa yang diajarkan, kapan, semua ditentukan oleh seorang profesional

3. Pendidikan dan pembelajaran merupakan aktivitas individual. Keberhasilannya tergantung seberapa jauh pembelajar belajar sebagai individual.

4. Pendidikan formal mempersiapkan orang untuk hidup

5. Sebutan pendidikan dan sekolah hamper selalu dalam pengertian yang sama.

6. Sekali seseorang meninggalkan pendidikan formal maka ia memasuki dunia nyata.

7. Makin lebih banyak memperoleh kualifikasi formal, maka makin banyak kesuksesan diraih.

8. Pendidikan dasar dibiayai oleh pemerintah

Pola Berfikir Masa Kini

1. Orang dapat mempelajari sesuatu dari banyak sumber.

2. Setiap orang harus memahami proses pembelajaran dan keterampilan dasar pembelajaran.

3. Pendidikan dan pembelajaran merupakan aktivitas interaktif. Keberhasliannya ditentukan oleh seberapa jauh pembelajar dapat bekerja sama dengan tim.

4. Pendidikan formal merupakan dasar bagi pembelajaran sepanjang hayat.

5. Sekolah hanya slah satu tahapan dalam perjalanan pendidikan.

6. Pendidikan formal menyediakan satu rentangan interaksi antara pembelajar dengan dunia bisnis, perdagangan dan politik.

7. Makin lebih banyak memiliki kemampuan dan daya adaptasi makin banyak meraih kesuksesan.

8. Pendidikan dasar dibiayai bersama oleh pemerintah dan sector swasta

Pergeseran paradigma sebagaimana dikemukakan di atas, pada gilirannya menuntut penggunaan strategi pendidikan yang dipandang sesuai dengan tuntutan. Proses pembelajaran dalam pedidikan di era abad 21 menuntut strategi tertentu yang berbeda dengan di masa lalu. Dengan perkembangan global yang terjadi di masa kini, proses pembelajaran bukan hanya dalam bentuk pemrosesan informasi, akan tetapi harus dikembangkan sedimikian rupa sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia kreatif yang adaptif terhadap tuntutan yang berkembang.

Di masa-masa mendatang arus informasi akan semakin meningkat melalui jaringan internet yang besifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun di seluruh dunia ini untuk mampu beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian, maka pendidikan, (khususnya proses belajar mengajar) cepat atau lambat tidak dapat dilepaskan dari computer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agusrus 1999 menurunkan tulisan-tulisan dengan tema Asia in the new Milenium memberikan gambaran berbagai kecenderungan pekembangan yang akan terjadi di Asia dalam 20 aspek seperti ekonomi,politik,agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan,dan sebagainya.

Termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millennium berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium computer di mana tidak lagi terdapat format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa mendatang merupakan tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning”. Anak-anak berhadapan dengan computer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar.

Anak-anak melakukan kegiatan belajaryang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak, sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.

C. Jenis-jenis Inovasi Pendidikan

1. Top-Down Inovation

Top-down inovasi pendidikan merupakan inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan.

Jenis inovasi ini merupakan inovasi yang dari atas untuk dilaksanaka oleh pelaku di bawah. Seperti Sekolah Persiapan Pembangunan, CBSA, SBJJ, Guru Pamong, Skolah Kecil, Sistem Modul, SD-SMP Satu Atap, Kelas Akselerasi, Sekolah Model, Broad Base Education (BBE), BOM, Life Skill, MBS, MPMBS dan lain-lain.

Model pembelajaran siswa aktif yang lebih dikenal dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang berorientasi pada pendekatan proses. Sistem ini adalah sebuah cara pendekatan yang dapat dijadikan pilihan agar otak tidak beku dan anak melakukan inovasi kreatif.

Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah; adalah mengalih kan pengambilan keputusan dari pusat/ Kanwil/Kandep dinas ke level sekolah (Samani, 1999:6). Dengan adanya pengalihan kewenangan pengambilan kepurusan ke level sekolah, maka sekolah diharapkan lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya.

2. Bottom-Up Innovation

Model inovasi ini merupakan inovasi pendidikan yang bersumber dari hasil ciptaan oleh unsur pelaksana di bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.

D. Faktor Penghambat Inovasi dalam Pendidikan

1. Faktor Input

a. Halangan untuk berubah dari lingkungannya;

Lingkungan yang menjadi penghalang untuk terjadi perubahan /inovasi, bisa berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Yang berkaiatan dengan lingkungan fisik adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk berinovasi. Hal ini terbentur dengan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka menunjang kegiatan/program inovasi. Kegiatan inovasi sangat berkaitan erat dengan teknologi informasi dan komunikasi, yang saat ini merupakan tuntutan mutlak dalam pemecahan permasalan hidup, termasuk di dalamnya masalah pendidikan. Pemerintah Singapura meyakini bahwa sepuluh tahun ke yang lima tahun yang akan datang, orang yang tidak menguasai computer dan internet, akan menjadi dinosaurus yang punah karena kalah dalam persaingan dunia kerja dengan teknologi tinggi. Maka pendidikan di Singapura telah menempatkan teknologi informasi sebagai prioritas pendidikan.

Lingkungan sosial adalah manusianya sebagai agen perubahan. Di kala kita melakukan program inovasi ada sementara orang lain yang mencibir melihat kegiatan inovasi yang kita lakukan, seraya berucap apa-apaan. Bahkan ada orang yang mengatakan untuk apa kita susah-susah berinovasi kalo penghasilan tetap sama dengan orang yang diam (konservatif) dengan membuat akronim PGPS (Pinter Goblog Penghasilan Sama). Keadaan yang demikianlah yang dapat menghalangi untuk terjadinya sebuah perubahan. Kalau keadaan yang demikian tidak bisa diubah maka tidak akan terjadi progress dalam dunia pendidikan di negeri ini.

b. Ketidakterampilan agen pembaharu;

Agen pembaharu kuarng menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menyebabkan kemunduran dalam beidang pendidikan. Kita selalu menyerahkan studi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada orang lain dan membuat kita tergantung pada orang lain.

Di dalam abad modern, masalah kehidupan manusia tidak dapat dipecahkan kecuali dengan upaya pengembangan ilmiah, dan kunci untuk sukses di dalam seluruh urusan harus bersandar pada ilmu. Karena itu adalah kewajiaban bagi para guru dan tenaga kependidikan untuk meraih pengetahuan teknik dan ilmiah yang lengkap dan mutahir.

Ketidakterampilan agen pembaharu dalam pendidikan tak lain dan tak bukan karena dihasilkan oleh system pendidikan nasional yang tidak baik.

c. Inovasi yang bepusat hanya pada seseorang;

Reformasi di bidang pendidikan ditandai dengan terjadinya pergeseran paradigma pengelolaan dan pembinaan pendidikan dari centalized system menuju decentralized system yang bertjuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun reformasi ini belum begitu dapat dirasakan, hal ini dikarenakan system sentralistik yang telah becokol lama dalam system pendidkan nasional kita. Shingga kretifitas guru atau tenaga kependidikan kita belum terbangun kretifitas berinovasi dalam pendidikan. Sehingga inovasi hanya berpusat pada segelintir orang.

d. Sensitivitas dan defensiveness guru-guru/tenaga kependidikan;

Penulis dalam hal ini mengakui, bahwa ada guru yang tidak merasa bertanggung jawab atas pendidikan. Sehingg tidak merasa terpanggil untuk memajukan pendidikan, maka dari itu tidak mau melakukan inovasi dalam pendidikan. Metode pembelajaran yang dipakai dari tahun ke tahun itu-itu saja.

e. Ketiadaan kalangan (linking pin) agen perubahan.

Agen perubahan berdiri sendiri-sendiri, tidak membentuk jaringan agen perubahan. Sehingga untuk membangun sebuah invasi terhambat. Sebuah kegiatan yang terorganisir akan lebih efektif disbanding dengan yang tidak terorganisir.

f. Ketidak sesuaian antara teori dan praktek;

Sebuah program inovasi dilakukan adalah untuk efektifitas dan efiseinsi dalam pencapaian program. Demikian halnya dengan inovasi pendidikan, adalah dilakukan dengan tujuan optimalisasi proses pembelajara. Dalam proses pembelajaran hal lain yang perlu memperoleh perhatian dalam praktek pendidikan tentang pemberdayaan siswa.

Menurut Sastraprateja pemberdayaan dalam kontek pendidikan meliputi tiga kekuatan yaitu power to adalah kekuatan yang membuat seseorang melalukan sesuatu, power with, kekuatan bersama agar peserta didik membangun solideritas atas dasar komitmen terhadap tujuan, dan power within, kekuatan spiritual.

Ketika proses pembelajaran terpaku pada salah satu di antara ketiga kekuatan tersebut maka yang terjadi adalah ketidakseimbangan. Proses pembelajaran yang hanya mengarahkan peserta didik kepada power to saja, hanya akan melahirkan siswa cerdas tetapi tidak berwawasan.

g. Inovasi yang digulirkan kurang ilmiah dan kurang hasil kajian.

Dalam melakukan inovasi tidak dicari dulu akar masalahnya, tidak melakukan analisis SWOT, sehingg tidak tahu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki, sehingga inovasi yang dilakuakan tidak bermakna.

Proses penggunaan analisis SWOT menghendaki adanya suatu survey internal tentang strengths, weaknesses program, serta survey eksternal atas opportunities dan threats.

h. Guru/tenaga kependidikan yang bersifat konservatif;

Sifat guru yang konservatif tidak mau berinovasi bisa disebabkan oleh tingkat ksejahteraan guru yang rendah karena gaji yang kecil. Semoga dengan adanya sertifikasi guru sehingg gaji guru menjadi besar akan mendorong semangat guru/tenaga kepedidikan untuk mau berinovasi. Kerdilnya profesi guru selama ini menyebabkan kemerosotan penghargaan masyarakat terhadap guru. Padahal suatu profesi akan berkembang jika profesi tersebut dihargai oleh masyarakat. Disamping itu sifat konservatif bisa juga disebabkan oleh kurangnya wawasan pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh guru atau tenaga kependidikan.

i. Pemahaman profesionalisme yang samar;

Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk mengubah perilaku peserta didik, tetapi membentuk karakter dan sikap mental professional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada” mempelajari cara belajar” (learning how to learning) bukan semata mempelajari substansi pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metode pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses inquiri and discovery learning. Tetapi masih banyak guru/tenaga kependidikan yang belum bisa menerpakan paradigma ini. Jadi guru tugasnya adalah mentranfer ilmu kepada peserta didik, sehingga peserta didik tidak dapat menggali potensi yang ada di dalam dirinya.

Kegiatan pembelajaran bukan berbentuk Teacher centered content oriented tetapi berbentuk student centered learning yang dirancang dan disesuaikan dengan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dan muridlah yang menjadi pusat pembelajaran.

Winarno Surachmat (1973) mengemukakan bahwa sebuah profesi dalam arti yang umum adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu, karena hakekat dan sifatnya membutuhkan persyratan dasar ketrampilan teknik dan kepribadian tertentu.

2. Faktor Output

a. Tujuan inovasi yang tidak jelas.

Hal ini terjadi karena program yang akan dilakukan biasanya tidak disusun/dirumuskan terlebih dahulu.

Sebelum melakuakan program inovasi sebaiknya merumuskan program inovasi yang meliputi :

1. Tentukan akar permasalahan, masalah apa yang ada dalam suatu lembaga dimana kita berada.

2. Analisis diri atau SWOT, apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan bagaimana peluang dan ancaman yang ada diluar.

3. Tentukan nama program inovasi.

4. Kegitan-kegiatan.

5. Target dan sasaran kegiatan.

6. Merancang manajemen kegiatan.

7. Keunggulan dan kelemahan program

8. Monitring dan evaluasi program

9. Instrumen evaluasi

b. Tidak ada reward untuk sebuah inovasi.

Sudah satnya menetapkan satu system penggajian bagi para guru secara adil, bernilai ekonomis serta memilki daya tarik sedemikian rupa sehingga merangsang para guru/tenaga kependidikan untuk melakukan tugasnya dengan penuh dedikasi dan memberikan kepuasan lahir dan batin. Skala yang dipandang adil dan wajar serta bernilai ekonomis adalah merupakan kulminasi dari berbagai variabel antara lain : pendidikan,beban kerja, jenjang pendidikan tempat bertugas, kreativitas, lokasi, kepangkatan dan sebagainya (Mohamad Surya, 2003 : 71)

Seorang guru/tenaga kependidikan kurang tertarik untuk melakukan inovasi bisa disebabkan karena tidak adanya reward (penghargaan) baik materi maupun nonmateri. Untuk merangsang seorang guru/ tenaga pendidikan tidak harus diberi tambahan gaji yang besar tetapi, bisa berupa pujian, piagam atau perhatian yang lain. Misalnya diumumkan denganditulis pada ruang guru “ guru terbaik minggu ini adalah si fulan “

c. Pendekatannya terlalu formalitas dan keseragaman.

Pengaruh system pendidikan yang sentralistik yang telah lama diterapkan di bidang pendidikan kita, membuat kebiasaan para guru/tenaga kependidikan selalu menunggu perintah dari atas. Sehingga kreativitas kita mandul. Untuk melakukan sebuah inovasipun menunggu perintah, atau meniru dari orang lain. Dan apa yang kita lakukan sekedar melaksanakan tugas/menggugurkan kwajiban/formalitas, sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal karena kegiatan yang dilakukan hanya setengah hati.

d. Sekolah /lembaga terlalu memonopoli.

Pengaruh kepemimpinan yang otoriter di pusat( pemerintahan orde baru), mempengaruhi juga sampi kebawah termasuk sekolah. Sehingg kebebasan guru atau tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki terbelenggu. Menyebabkan program inovasi terhambat.

e. Komponen pengetahuan rendah dan modal RD kecil.

Penerapan model inovasi mungkin masih banyak kendala bisa dikarenakan oleh latar belakang materi yang diajarkanya karena perkembangan ilmu pengetahuan masih belum dapat diikuti oleh setiap guru.

Modal research and development (R & D) yang kecil sehingga pengembangan inovasi tehambat.

f. Kesukaran dalam mendiagnosis kelemahan inovasi;

Penyebab kegagalan inovasi pendidikan meliputi tiga factor; yaitu agen pembaharu, konsep inovasi, proses inovasi dan proses difusi

g. Hasil akhir yang kurang jelas.

Dalam setiap program inovasi sebaiknya dimonitoring dan di evaluasi maka dari itu harus dibentuk seksi monev (seksi monitoring dan evaluasi), sehingga hasil akhir dari suatu program inovasi dapat diketahui dengan jelas.

h. Sumber daya teknologi dan keuangan rendah;

Banayak orang beranggapan bahwa buruknya system pendidikan Indonesia disebabkan oleh kurangnya alokasi dana untuk sector ini. Ini sama sekali tidak salah, tetapi tidak akan cukup jika kita tidak berbicara tentang persoalan kurikulum dan kehidupan dalam sekolah sendiri. Persoalan yang lebih serius berada pada titik yang fundamental, yitu politik pendidikan itu sendidri. Artinya, seperti apa pemerintah melihat posisi pendidikan dalam masyarakat.

Salah satu alasan yang digunakan pemerintah ketika menekan biaya pendidikan adalah karena kondisi keuangan Negara yang krisis sehingga sulit untuk mengalokasikan dana yang besar.

i. Terfokus pada akuntabilitas public.

Apa yang dilakukan oleh para innovator biasanya terfokus pada pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sehingga apa yang dilakukan serasa beban berat yang harus dipikul. Bukan atas kesadaran bahwa dirinya adalah agen of change sebuah tugas yang niscaya harus dilakukan. Karena merasa keterpaksaan itulah yang membuat inovasi tidak berkembang.

j. Kurang mengarah pada entrepreneurship.

Inovasi-inovasi yang biasa kita lakukan biasanya bersifat pengembangan kompetensi yang bersifat kognitif. Sedangkan aspek psikomotor kurang dikembangkan, termasuk pada pengembangan kemampuan entrepreneurship (kewirausahaan).

k. Bersifat pasif.

Inovasi yang serinng kita lakukan biasanya bersifat pasaif (reaktif), artinya melakukannya bila ada perintah atau kecenderungan lingkungan atau situasi yang sedang menghangat. Sehingg tidak ada perintah dari atasan kita tidak melakun inovasi. Dan inovasi yang dilakukan setengah hati tidak akan mendapat hasil yang optimal.

3. Faktor throughput

a. Terdapat jurang pemisah antar ahli dengan tenaga teknis.

Seolah tugas inovasi adalah tnggung jawab para ahli sedangkan tenaga tekni hanya ssebagai pelaksana. Padahal ini adalah tanggung jawab bersama, dalam rangka pencapaian tujuan dan pemecahan masalah yang dihadapi bersama.

b. Perbedaan status dan struktur hierarkis kepegawaian.

Perbedaan status kepegawaian ini berakiatan dengan status pegawai tersebut, negeri atau swasta biasanya para pegaawai swasta bercermin pada pegawai negeri. Apabila pegawai negeri kurang disiplin dan kurang berinovasi maka akan diikuti oleh yang swasta..Demikian halnya secara struktur hierarkis pegawai yang pangkat dan golongannya masih rendah akan bercermin pkepada pegawai yang pangkat dan golongnnya sudah tinggi, karena di Indonesia system paternallistik masih mengakar.

c. Kurangnya prosedur dan latihan untuk perubahan.

Penerapan model inovasi, belum dilakukan sosialisasi terhadap guru secara intensif, hal ini karena masih banyak guru yang belum memahami. Masih banyak guru yang melakukan proses pembelajaran denga metode tradisional. Seperti ceramah, komunikasi satu arah, siswa pasif dan membosankan.

E. Penutup

Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, setiap bangsa memerlukan inovasi yang cerdas dalam dunia pendidikan, sedangkan untuk menjadi bangsa yang berharkat mulia sebuah bangsa harus memerlukan keunggulan komparatif dan kompetitif. Jika bangsa Indonesia ingin menghasilkan berbagai keunggulan kompetitif dari outcome pendidikan, maka terobosan yang cerdas harus menjadi prioritas penting dalam pengembangan system pendidikan.

Terobosan yang efektif salah satunya adalah dengan melakukan program inovasi dalam pendidikan. Tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan nasional hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak mandiri dan selalu tergantung pada pihak yang lain. Dalam perspektif global hasil pendidikan yang demikian justru akan menjadi beban bagi bangsa dan Negara, sekaligus bagi masyarakat.

Siapa yang memulai dan melakukan perubahan? Jawabnya adalah faktor manusia yang bekerja dalam lembaga pendidikan. Manusia yang paling penting dalam proses pendidikan adalah guru sebagai ujung tombak pendidikan. Salah satu masalah pendidikan yang paling klasik namun saja selalu actual adalah guru. Disatu sisi, guru sering kali menjadi bulan-bulanan banyak pihak ketika guru dinggap gagal dalam menjalankan tugasnya. Tetapi di sisi lain, ketika siswanya berprestasi, sosok guru pun menjadi sepi dipublikasi.

Hambatan yang mendasar dalam program inovasi pendidikan adalah terletak pada manusianya. Dan manusia yang paling menjadi perhatian adalah guru. Karena gurulah yang berdiri paling depan dalam mengkonstruksi kulitas sumber daya manusia. Maka dari itu perhataian pemerintah terhadap guru sangat diharapkan.

Hamabatan-hambatan yang ada sedikit demi sedikit terus dikurangi, sehingga program inovasi akan terus berkembang dan akan mendapatkan hasil yang optimal. Sehingga outcome dari proses pendidikan akan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam menghadapi era globalisasi.


DOWNLOAD VERSI MS OFFICE

3 komentar: